CIANJURPOS.COM – Negara-negara yang ada di Eropa kini sedang dilanda krisis, mulai dari krisis pakan sampai krisis ekonomi. Namun saat ini yang paling mendesak adalah krisis energi dan kekurangan suplai bahan baku energi baik gas dan batu bara untuk keperluan pembangkit listrik di negara-negara tersebut.
Krisis energi itu akan semakin memberatkan daratan eropa tatkala musim dingin yang sebentar lagi hampir tiba. Bahkan atas keadaan ini, Komisi Eropa dikhabarkan sedang mempersiapkan pemadaman listrik dan keadaan darurat lainnya di Uni Eropa (UE).
Dan telah terkonfirmasi juga beberapa perusahaan raksasa energi dunia bahkan mulai kembali menggunakan bahan bakar fosil. Hal ini dilakukan di tengah krisis energi yang mulai melanda dunia terutama eropa.
Di Denmark contohnya, perusahaan penyedia energi Orsted dikhabarkan akan melanjutkan atau memulai kembali operasi di tiga fasilitas bahan bakar fosil setelah diperintahkan oleh otoritas Denmark untuk melakukannya. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kekurangan energi pada musim dingin yang sebentar lagi akan tiba.
Memang tahun depan Eropa diyakini akan menghadapi krisis energi yang lebih parah, karena cadangan tangki-tangki gas alamnya sebelum musim dingin tiba akan terkuras habis untuk mensupply kebutuhan energi mereka tahun ini.
Rusia Berperang dan Terkena Sanksi namun jauh dari Krisis
Kita ketahui bersama rusia saat ini tengah menghadapi perang berkepanjangan menghadapi ukraina, atas hal tersebut Rusia juga kini tengah menghadapi berbagai sanksi yang diberlakukan Uni Eropa (UE). Sanksi tersebut merupakan perlawanan uni eropa atas invasi yang dilakukan terhadap negara tetangganya Ukraina. Namun luar biasanya perang dan sanksi tersebut tidak banyak pengaruh terhadap di Rusia? Dikabarkan bahkan sampai saat ini keadaan ekonomi rusia masih baik baik saja.
Padahal sanksi secara penuh telah dijalani seperti melarang kapal dan pesawat Rusia memasuki pelabuhan dan wilayah uni eropa, memperkenalkan pembatasan ekspor, dan menempatkan embargo minyak dan batu bara Moskow, lebih dari 1.200 perusahaan asing telah menangguhkan atau membatasi operasi mereka di Rusia namun hal ini tetap tidak memberikan dampak terhadap Rusia.