CIANJURPOS.COM — Kabupaten Cianjur, Jawa Barat memiliki sejarah tradisi yang kuat sampai saat ini. Salah satu dari banyaknya tradisi dan kebudayaan, yaitu Kuda Kosong. Dari kisah kuda kosong ini, kita bisa mempelajari bagaimana seorang adik dalem/bupati pada waktu itu bisa membuat CIanjur berdamai dengan kerajaan Mataram.
Dewasa ini, Kuda Kosong CIanjur kini telah menjadi tradisi yang digelar setiap setahun sekali. Biasa digelar dan difestivalkan pada acara memperingati Hari Ulang Tahun Cianjur dan juga pada perngingatan Hari Ulang Tahun RI.
CianjurPos melansir dari laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, (19/08/2021). Konon dalam sejarahnya, tradisi Kuda Kosong berkaitan dengan sisi kecerdasan dan kerendahan hati dari leluhur Sunda di Cianjur, saat diberikan hadiah kuda yang gagah oleh Raja Mataram yang saat itu berkuasa di Tatar Pasundan.
Sejarah Kuda Kosong
Tradisi Kuda Kosong saat itu emnjadi penanda berdirinya daerah Cianjur, Jawa Barat. Saat itu pemimpin tertinggi di Cianjur Raden Kanjeng Aria Wiratanudatar mendapat panggilan dari Raja Mataram untuk memberikan upeti, sebagai tanda berdirinya wilayah baru di tanah Sunda.
Sebagai pemimpin tertinggi di daerah tersebut, Raden Kanjeng Aria Wiratanudatar (Dalem Cianjur) mengutus adiknya yang bernama Aria Natadimanggala untuk menyerahkan persembahan berupa 3 butir padi, 3 butir pedes (lada) dan 3 buah cabai rawit.
Lalu berangkatlah Aria Natadimanggala ke kerajaan Mataram dengan berjalan kaki dan membawa pasukan hingga berhari hari.
Upeti yang terbilang sedikit itu justru dimaklumi oleh Raja Mataram, bahkan saat hendak kembali ke Cianjur Aria Natadimanggala diberikan tiga buah balasan berupa seekor kuda, sebilah keris dan pohon saparantu (pohon langka di dunia).
Merasa mendapat amanah dengan segala kerendahan hatinya, Aria Natadimanggala berupaya menjaga hadiah tersebut hingga enggan untuk menaikinya karena merasa hadiah tersebut untuk sang kakak yang begitu ia hormati.
Sesampainya di Cianjur, kuda tersebut diarak mengelilingi kota Cianjur dan menjadi kebanggaan bagi masyarakat di sana.
Tradisi Kuda Kosong Cianjur
Penamaan istilah Kuda Kosong berawal pada saat Aria Natadimanggala membawa kuda pemberiannya dari Mataram ke Cianjur dengan tidak ditunggangi, maka kuda tersebut akhirnya disebut sebagai Kuda Kosong.
Dari sejarah tersebut, lalu Cianjur menghasilkan tradisi yang disebut Kuda Kososng. Konon, pada saat menggelar tradisi kuda kosong, kuda tersebut sedang ditunggangi oleh Eyang Suryakencana, yang merupakan anak dari hasil pernikahan Raden Aria Wiratanudatar dengan jin.
Adapun dalam pelaksanaannya dibutuhkan sejumlah peralatan dan perlengkapan seperti penutup badan kuda, aksesoris kepala dan kaki, serta bunga wana-warni. Selain itu, turut digunakan payung untuk memayungi Bupati Cianjur dan memayungi kuda, pakaian penuntun kuda, dan perlengkapan para prajurit yang membawa upeti berupa keris dan pohon saparantu. (icn/cianjurpos)